Qurban Solusi Mengentaskan Kemiskinan
Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan bahwa tingkat kemiskinan September 2022 tercatat sebesar 9,57% atau sebanyak 26,36 juta orang berada di bawah garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan ini naik tipis dari Maret 2022 (9,54%) tetapi lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan pada September 2021 (9,71%).
Sebagai bangsa yang majemuk dan umat yang peduli antar sesama, hal ini tentu menjadi perhatian kita semua. Tentunya kita berharap bahwa seluruh bangsa Indonesia memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi. Maka dari itu, Idul Adha 1444 H sebaiknya kita jadikan sebagai momen untuk berbagi dan saling menyejahterakan sesama.
Momentum Idul Adha ini adalah mengenang pengorbanan dan tanda kuatnya iman, serta kecintaan seorang hamba atas penyembelihan Nabi Ismail oleh ayahnya sendiri, Nabi Ibrahim. Atas bukti cinta ini, Allah gantikan Ismail dengan seekor domba yang kemudian dikenal dengan qurban.
Di Indonesia, Idul Adha dikenal dengan idul qurban karena adanya tradisi menyembelih hewan qurban seusai menunaikan sholat Ied. Sayangnya tradisi berqurban bagi sebagian masyarakat Indonesia masih diartikan sebagai makna teologis dari pada makna sosialnya. Sehingga yang terkesan kemudian adalah ritual persembahan kepada tuhan atas sebagian rizki yang telah dinikmatinya.
Padahal, selain persembahan cinta kepada Allah berqurban juga dapat kita lakukan sebagai tanda kepedulian kepada sesama. Karena faktanya tidak semua lapisan masyarakat dapat mengonsumsi makanan bergizi, termasuk daging. Sehingga saat Idul Adha ini dapat menjadi momentum untuk senantiasa berbagi kebahagiaan melalui daging yang dibagikan.
Selain angka kemiskinan di atas, Bank Dunia mencatat, penghasilan separuh penduduk Indonesia di bawah dua dollar AS. Itu baru data kemiskinan, belum lagi jumlah pengangguran murni, semi pengangguran, dan orang yang terancam PHK (dirumahkan). Dari data kemiskinan itu akan diikuti derita sosial, seperti tingginya putus sekolah, mudah terjangkit wabah penyakit, perceraian, kriminalitas tinggi, dan konflik sosial kian yang rawan. Kondisi yang memprihatinkan ini diperparah daerah-daerah yang terkena bencana alam. Bahkan, masih banyak juga saudara-saudara yang terpaksa harus bertahan dan tinggal di negara konflik yang tidak berkesudahan, seperti di Suriah, Palestina, Yaman dan lain sebagainya.
Idul Adha serta rangkaian ibadah di dalamnya pasti memiliki banyak hikmah. Di sinalah semangat ibadah berqurban yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim dan sampai saat ini tetap relevan dilaksanakan oleh manusia adalah untuk menyeru bagaimana qurban dapat menjadi salah satu cara mengentaskan kemiskinan.
Dari Aisyah bahwa Nabi SAW bersabda: “Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) qurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR Ibnu Majah)
Selain itu, dari Abdullah bin ‘Amru, ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW “Islam manakah yang paling baik?” Nabi SAW menjawab: ‘Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal.’ Kemudian, barangsiapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat sholat kami.” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)
Setelah itu Allah berfirman: “Dan bagi tiap-tiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Mahaesa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya, dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang tunduk (patuh) pada Allah.” (QS: Al-Hajj: 34)
Dari ayat Al-Qur’an dan hadits di atas, kita dapat memetik hikmah, diantaranya:
- Qurban menjadi contoh pemberdayaan masyarakat dan sosial. Pemberian daging qurban kepada seseorang berarti telah berperan menghindari orang tersebut dari kekurangan gizi. Sementara terpenuhi gizi akan bepengaruh terhadap kesehatan seseorang tersebut.
- Bernilai keberlanjutan. Pengentasan kemiskinan harus dimulai dari aksi bersama seperti berqurban. Ketika hari raya qurban maka spirit kebersamaan nampak sehingga orang-orang termotivasi untuk berqurban.Semangat ini jika dilanjutkan maka orang-orang yang tergolong kekurangan saat ini akan naik statusnya menjadi manusia yang sejahtera. Untuk itu aksi ini harus terus berlanjut di luar hari raya berq
- T Orang yang tergolong kaya sangat banyak, namun sedikit dari mereka yang berqurban. Padahal jika orang yang tergolong kaya bersatu padu untuk berjiwa sosial seperti berqurban maka lebih cepat lagi kemiskinan bisa dihapuskan. Andai saja orang yang kaya raya tadi tahu akan pahala dari berqurban maka menyesal dia hari ini tidak berqurban. Pahala berqurban itu dihitung mulai dari bulu hewan qurban. Mungkin sulit sekali untuk menghitung berapa jumlahnya.
Sahabat, maka mari kita berqurban tahun ini. Karena selain sebagai pembuktian cinta kita kepada Allah Ta’ala, berqurban juga menjadi salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan suatu bangsa. Qurban sekarang melalui https://aksipeduli.id/pgdonate-224-w_4137_qurban-di-pedalaman-1444-h.html