Qurban Pertama Ternyata Bukan di Zaman Nabi Ibrahim
Tahukah Sahabat bahwa prosesi qurban pertama bukanlah qurban yang dilakukakan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, melainkan qurban yang dipersembahkan Habil dan Qabil, anak dari Nabi Adam dan Ibunda Hawa.
وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ
Artinya: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah: 2)
Kejadian itu bermula saat Nabi Adam diperintahkan Allah SWT untuk menikahkan putra putrinya. Tercatat dalam sejarah, Nabi Adam dikaruniai 2 pasang anak kembar, Qabil bersaudara dengan Iqlima, dan Habil bersaudara dengan Labudza. Allah SWT memerintahkan Nabi Adam untuk menikahkan putra putrinya yang tidak menjadi bagian saudara kembarnya.
Setelah perintah itu disampaikan pada anak-anak nya, Qabil merasa tidak terima dipasangkan dengan Labudza. Dia lebih memilih untuk menikahi saudara kembarnya sendiri yang menurutnya lebih cantik dan menarik.
قال قابيل أنا أحق بأختي
Artinya: “Qabil berkata, saya lebih berhak dengan saudara perempuanku.” (Syekh Syamsuddin al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkamil Qur’an)
Sikap keras kepala Qabil membuat Nabi Adam terpuruk. Sebagai seorang nabi, Nabi Adam ingin pernikahan dijalankan sesuai syariat dan perintah Allah SWT. Namun, sebagai seorang ayah, Nabi Adam tidak ingin pernikahan dijalankan dengan paksaan dan kedengkian.
Dalam keadaan seperti itu, akhirnya Nabi Adam mengatakan:
فقال آدم فقربا قربانا فأيكما يقبل قربانه فهو أحق بالفضل
Artinya: “Nabi Adam berkata, (lakukankalah) dengan qurban. Siapa saja yang qurbannya diterima (oleh Allah), dia lebih berhak untuk mendapatkan yang baik (Iqlimiya).” (Al-Qurthubi, 2003 M: VI/134)
Setelah itu, keduanya sepakat untuk melakukan kurban dan menentukan waktu kapan dilakukannya. Qabil sangat yakin bahwa dirinya yang lebih layak dan lebih berhak untuk bisa menikahi saudara kembarnya. Ia juga sangat yakin bahwa kurbannya yang akan diterima oleh Allah SWT.
Pada waktu yang telah ditentukan, masing-masing dari Qabil dan Habil sudah siap dengan hewan qurban persembahannya.
Qabil yang merupakan seorang petani mengurbankan hasil panennya. Hanya saja ia memilih hasil panen yang paling buruk dan jelek. Dia merasa tidak akan ada yang mengetahuinya. Bahkan, di tengah perjalanan, saat melihat masih ada bulir yang bagus dan baik dari hasil panen yang dibawa, Qabil mengambilnya, membersihkannya, kemudian memakannya.
Adapun Habil yang berprofesi sebagai peternak kambing membawa kambing terbaiknya untuk dikurbankan. Ia sangat berhati-hati ketika memilih, bahkan sangat memperhatikan kambingnya yang lain khawatir masih ada kambing yang lebih baik dari kurban yang akan ia bawa.
Setelah mereka berdua melaksanakan qurban, lantas Nabi Adam berdoa kepada Allah SWT untuk menentukan kurban siapa yang diterima-Nya. Setelah memanjatkan doa, beberapa waktu kemudian Allah SWT menjawabnya, ternyata qurban Habil yang diterima. Dengan demikian, Habil yang berhak untuk menikahi Iqlima.
Mendengar hal itu Qabil merasa tidak terima,dan membunuh saudaranya, Habil.
Kisah ini diceritakan tersurat secara singkat dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَاناً فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Artinya: “Ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka (qurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, ‘Sungguh, aku pasti membunuhmu!’ Dia (Habil) berkata, ‘Sungguh Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah: 27).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa berqurban sebenarnya sudah dilakukan jauh sebelum perintah kurban Nabi Ismail. Dalam kejadian itu, Habil diceritakan sebagai hamba pertama yang pelaksanaan qurbannya diterima Alllah SWT sedangkan Qabil tercatat sebagai orang pertama yang tega membunuh saudaranya demi keinginan hawa nafsu belaka, disertai dengan rasa iri ketika qurban yang ia bawa tidak diterima oleh Allah SWT.
Demikianlah sejarah pertama kalinya perintah qurban di muka bumi. Semoga dengan mengetahui kisah ini, kita dapat meneladani sifat-sifat baik yang telah dilakukan oleh orang-orang bertakwa sebelum kita.
Yuk qurban sekarang di https://aksipeduli.id/pgdonate-236-z_1081_go_aip.html
[contact-form][contact-field label=”Nama” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Surel” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Situs web” type=”url” /][contact-field label=”Pesan” type=”textarea” /][/contact-form]
MasyaAllah artikelnya informatif sekali…