Edukasi ZIS
Gaza, Penjara Raksasa di Dunia yang Sengaja Dimiskinkan

Gaza, Penjara Raksasa di Dunia yang Sengaja Dimiskinkan

Lahir dan hidup di atas tanahnya sendiri, bangsa Palestina diperlakukan layaknya narapidana karena perlakuan Zionis yang mencaplok tanah air negara para nabi ini. Dari hanya sebagian kecil, hari demi hari pencaplokan tanah air Palestina semakin meluas, hingga menjadikan tanah kelahirannya ini sebagai penjara terbuka dan terbesar di dunia.

Zionis Israel memenjarakan bangsa Palestina melalui dua cara yaitu penjara terbuka di Tepi Barat, dan penjara tertutup dengan pengamanan maksimum di Gaza. Dalam wawancara wartawan Middle East Eye Mustafa Abu Sneineh dengan Sejarawan terkemuka, Ilan Pappe pada 22 Desember 2017, Ilan mengungkapkan bahwa perlakuan aparat Israel kepada bangsa Palestina nampak seperti sipir penjara.

Berbagai larangan diciptakan Zionis, seperti pos penjagaan, tembok tinggi juga dibangun untuk membatasi setiap gerak warga Palestina khususnya Gaza yang semakin tersudut. Mirisnya, di wilayah yang telah direbut Israel, orang-orang Palestina mendapat status sebagai ‘pengungsi’. Lebih dari 750.000 warga Palestina diusir secara etnis dari rumah mereka oleh milisi Israel pada tahun 1948 ketika Israel mendeklarasikan kemerdekaannya.

Jalur Gaza yang dianggap sebagai salah satu wilayah terpadat di dunia, memiliki luas 365 km persegi dengan 2.3 juta jiwa yang tinggal. Mayoritas penduduk Gaza adalah kaum muda, di mana 65% berusia 24 tahun dan usia rata-rata bagi pria dan wanita adalah 18 tahun.

Akibat blokade darat, laut, dan udata yang dilakukan Israel selama 16 tahun, melumpuhkan perekonomian negara tersebut dan membatasi pergerakan warganya keluar masuk dari wilayah tersebut. Bahkan, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, jika akan berpindah dari satu area ke area lainnya membutuhkan izin untuk dibukakan gerbang oleh sipir Israel. Selain itu, warga Gaza memerlukan izin khusus untuk menyeberang ke Israel dan Mesir. Hal ini biasanya untuk perawatan medis yang mendesak namun sangat sulit diperoleh. Padahal akses terhadap pendidikan dan perawatan medis juga berkurang setelah bertahun-tahun serangan Zionis terhadap sekolah dan rumah sakit. Sehingga, warga dan aktivis menyebut Palestina adalah “penjara terbuka” terbesar di dunia.

Penguasa Jalur Gaza
Dikutip dari The Sunday Guardian, Gaza mulai bergejolak ketika Israel mendeklarasikan kemerdekaannya tahun 1948. Puluhan ribu pengungsi Palestina melarikan diri ke sana untuk mencari perlindungan dari perang Arab-Israel. Tercetusnya Perang Enam Hari pada Juni 1967 membuat Israel melakukan pendudukan jangka panjang di Gaza. Israel memaksa warga Palestina untuk meninggalkan Gaza menuju Tepi Barat, Mesir, Yordania, bahkan Amerika.

Pada 2005, Zionis resmi menarik pasukan dan pemukimnya dari wilayah Gaza. Namun, Gaza dipandang sebagai salah satu wilayah pendudukan karena Zionis Israel memiliki kendali penuh atas perbatasan wilayah udara dan perairan teritorialnya. Israel telah merebut wilayah tersebut dan wilayah di Palestina lainnya, seperti Yerusalem Timur dan Tepi Barat pada perang 1967.

Hingga 1967, Gaza berada di bawah kendali Mesir. Kemudian batas-batas Jalur Gaza saat ini ditentukan berdasarkan perjanjian gencatan senjata Mesir-Israel pada 24 Februari 1949.

Pada pemilu 2006, Hamas menang melawan partai Fatah, yang menjalankan Otoritas Palestina (PA). Kemudian Gaza diambil alih setelah berbulan-bulan berperang melawan Fatah pada tahun 2007. PA menandatangani Perjanjian Oslo 6 tahun 1993 dengan Israel, memerintah Tepi Barat. Walaupun Hamas berhasil menguasai Gaza dengan memenangkan pemilu, Israel tetap memegang kendali atas perbatasan di Jalur Gaza dengan membangun pagar tinggi yang terkenal kejam. Kekuasaan Hamas justru membuat Israel mengambil langkah politik di tingkat berikutnya.

Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya yang berbasis di Gaza telah melakukan serangan terhadap Israel sebelumnya, sehingga memicu serangan berdarah Israel di wilayah tersebut. Sejak 2005, Israel telah melakukan setidaknya enam serangan militer besar di Gaza dan tahun 2014 merupakan yang paling brutal, lebih dari 2.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel selama tujuh minggu.

Gaza Penjara Terbuka dan Terbesar di Dunia
Setiap sudut perbatasan Gaza dikelilingi oleh pagar tinggi dan sulit ditembus. Batas yang dibangun Zionis ini memiliki sensor di setiap beberapa meter, sehingga Gaza yang berbatasan dengan Mesir di Selatan dan Laut Mediterania di Barat, dikepung oleh Israel dari berbagai sisi dan menutupnya dari dunia luar.

Duta Besar RI untuk Lebanon Hadjriyanto Y. Thohari memberikan kesaksian bahwa akses untuk masuk ke Palestina dikepung dari semua sudut sehingga untuk mengirim bantuan apapun dari luar tidaklah mudah. Di perbatasan Suriah, ia mengatakan bahwa dataran Golan sudah direbut Israel. Dari pintu Mesir, Rafah juga dijaga Israel. Bahkan di Yordania penjagaan lebih ketat, apparat keamanan luar biasa hanya ada beberapa pintu imigrasi.

Warga Gaza begitu kesulitan karena dipisahkan tembok setinggi 7-8 meter yang mengurung sepanjang lebih dari 60 km. Tembok yang sama dibangun untuk memisahkan Tepi Barat sepanjang 440 km. Kemudian di atas tembok terpasang kawat sehingga listrik tidak masuk ke wilayah ini. Setiap sudut jalan ditembok dan dipasang CCTV, oleh karenanya orang luar Yerusalem tidak bisa masuk ke area Al-Quds. Jika sudah masuk dalam kota, semua pintu masuk ke Al-Aqsha telah dijaga ketat tantara Israel, tidak semua orang bisa masuk.

Dengan berbagai batas-batas dan banyaknya larangan yang dilakukan Zionis terhadap warga Gaza, wilayah ini digambarkan sebagai penjara terbuka dan terbesar di dunia karena tidak seorang pun bisa keluar masuk Gaza dengan bebas. Berbagai upaya dilakukan Israel untuk menghalangi impor atau ekspor sehingga memaksa industri di sana untuk tutup. Termasuk industri medis yang mengakibatkan persediaan obat-obatan sangat terbatas.

Tidak berhenti di bidang industry, upaya Israel menghalangi perkembangan roda ekonomi Gaza dilakukan pula di wilayah laut. Nelayan sulit mendapatkan tangkapan karena daerah territorial yang sangat dibatasi. Pembatasan persediaan kebutuhan bahan bakar dan listrik membuat kesulitan untuk menjalankan transportasi.

Kekejaman militer Israel terjadi hingga pembatasan menerapkan perhitungan kalori bagi warga Palestina. Penerapan ini dilakukan saat blokade antara 2007 dan pertengahan 2010. Penghitungan kalori ini diduga untuk membatasi pasokan makanan warga Palestina demi menekan Hamas. Pada puncak blokade, Israel juga menetapkan daftar makanan yang diizinkan dan dilarang di Gaza.

Juru Bicara Hamas, Fawzi Barhoum, mengungkapkan bahwa fakta ini adalah bukti blokade yang dilakukan terhadap Gaza direncanakan dan sasarannya bukanlah Hamas atau pemerintah, seperti yang selalu diklaim oleh pendudukan. Blokade ini menargetkan semua umat manusia, sehingga dirinya mengimbau agar dokumen yang ada harus digunakan untuk mengadili pendudukan Israel atas kejahatan mereka terhadap kemanusiaan Gaza.

Gaza Sengaja Dimiskinkan
Gaza menjadi kota dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia dengan lebih dari 50% penduduknya hidup dalam ancaman kemiskinan saat ini. Kondisi ini disebut para pengamat sebagai bagian dari upaya Israel memiskinkan orang-orang di Gaza.

Pada 2012, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Jalur Gaza bisa menjadi tempat “tidak dapat dihuni” tahun 2020. Hal ini dikatakan jika perekonomian yang buruk terus berlanjut di sana. Kenyataannya, setiap tahun serbuan Israel ke Gaza semakin parah dan mengakibatkan tewasnya puluhan ribu warga sipil, mulai dari bayi, anak-anak, hingga lansia. Rumah mereka pun dihancurleburkan, tidak ada tempat tinggal yang layak untuk mereka.

Masyarakat Gaza sampai membuat terowongan untuk bisa mendapatkan bantuan kebutuhan mendesak dari Mesir. Namun, banjir bandang di Mesir pada 2015 menghancurkan terowongan tersebut.

Pemompaan air asin yang dilakukan Mesir dari Mediterania ke dalam terowongan membuat air naik ke permukaan, mencemari air, mengancam lahan pertanian, dan menyebarkan penyakit.

Sementara itu, setelah tragedi kemanusiaan yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 lalu yang tiada hentinya, Jalur Gaza masih dibombardir secara intensif oleh Israel. Kondisi di Jalur Gaza kian memprihatinkan dengan gempuran agresi Israel yang tidak kunjung selesai. Kesepakatan gencatan selama beberapa hari hanya menunda penderitaan warga Gaza sesaat.

Akibatnya, sebanyak 2,3 juta penduduk wilayah kantong Palestina tersebut terpaksa mengalami hukuman kolektif yang berujung pada krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kini, setengah dari populasi Gaza adalah anak-anak yang hidupnya berada di bawah tekanan blokade. Mereka tidak pernah menjalani hari yang penuh dengan pasokan listrik. Hampir setiap hari mereka mendapat ancaman bom tanpa tahu tempat yang aman untuk berlindung. Mereka yang paling merasakan hidup di dalam penjara terbuka terbesar di dunia.

Mari terus bantu mereka untuk bangkit kembali di https://bit.ly/bantuankemanusiaan1

1 thought on “Gaza, Penjara Raksasa di Dunia yang Sengaja Dimiskinkan

    • Author gravatar

      Palestina pasti merdeka
      Yang syahid akan mendapatkan balasan surga
      Namun kita belum tahu dan pasti akan ada di posisi mana dan akan seperti apa, mari tentukan lewat aksi nyata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *