• 0853-2059-5056
  • office@assyifapeduli.org
  • Subang, Jawa Barat, Indonesia
Edukasi ZIS
Bahagianya Merayakan Dampak: Perjalanan Seorang Amil Bersama Assyifa Peduli

Bahagianya Merayakan Dampak: Perjalanan Seorang Amil Bersama Assyifa Peduli

Menjadi seorang amil bukan sekadar profesi, melainkan sebuah perjalanan hidup. Perjalanan yang penuh makna, di mana setiap langkah bukan hanya tentang mengelola dana umat, tetapi juga tentang menyalurkan kasih sayang, membangun harapan, dan menyaksikan senyum yang kembali merekah di wajah mereka yang membutuhkan.

Saya masih ingat ketika pertama kali bergabung dengan Assyifa Peduli. Ada rasa haru sekaligus tanggung jawab besar, sebab sejak saat itu hidup saya tidak lagi hanya untuk diri sendiri. Saya menjadi bagian dari amanah umat. Setiap rupiah yang dititipkan, setiap doa yang dipanjatkan, adalah janji yang harus saya tunaikan dengan penuh keikhlasan.

Awalnya, saya mengira peran amil hanya sebatas menjalankan program lembaga. Namun perlahan, saya merasakan bahwa dampak dari pekerjaan ini jauh lebih besar. Ia mengubah cara pandang saya terhadap hidup, memperluas rasa syukur, sekaligus menguatkan ikatan saya dengan masyarakat sekitar.

Dari Lembaga, Menyebar ke Masyarakat

palasari1

Di Assyifa Peduli, saya belajar bahwa kebaikan itu tidak boleh berhenti di meja administrasi atau laporan program. Kebaikan harus hidup, bergerak, dan dirasakan nyata oleh mereka yang menjadi penerima manfaat. Setiap kali melihat dan merasakan sendiri ketika menyalurkan Wakaf Al-Quran, misalnya, saya bukan hanya melihat mushaf berpindah tangan, tetapi juga menyaksikan semangat anak-anak kecil yang matanya berbinar karena akhirnya memiliki Al-Qur’an sendiri untuk mereka pelajari.

Di lain kesempatan, saat terjun ke lapangan untuk program Bantuan untuk Keluarga Tangguh, saya melihat bagaimana uluran tangan kecil dari lembaga bisa menjadi penyambung kehidupan bagi para Lansia dan Dhuafa yang sedang berjuang. Tangis haru keluarga penerima manfaat menjadi bukti bahwa pekerjaan amil bukan hanya pekerjaan, melainkan ibadah yang nyata.

Namun yang paling membekas adalah ketika dampak itu kembali pada masyarakat sekitar saya sendiri. Tetangga yang dulunya hanya sekadar menyapa, kini datang bercerita dengan penuh antusias tentang kegiatan Assyifa Peduli. Ada yang ingin ikut berkontribusi, ada yang menitipkan donasi, bahkan ada yang tergerak menjadi relawan. Dari sinilah saya belajar bahwa menjadi amil tidak hanya berdampak untuk lembaga, tetapi juga mampu menularkan semangat kebaikan di lingkungan terdekat.

Bahagia yang Tak Tergantikan

Setiap perjalanan penyaluran membawa cerita berbeda. Dari desa pelosok yang jauh dari akses jalan, hingga ruang rawat inap rumah sakit yang penuh ketidakpastian, semuanya menyimpan pelajaran yang mendewasakan hati. Saya menyadari bahwa bahagia sejati bukan terletak pada seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa besar kita bisa memberi dan berdampak.

Bahagia saya adalah ketika melihat seorang ibu yang tersenyum lega setelah menerima bantuan kesehatan dan makanan penuh gizi untuk anaknya. Bahagia saya adalah ketika mendengar lantunan ayat Al-Qur’an dari santri kecil yang kini memiliki mushaf wakaf. Bahagia saya adalah ketika warga tersenyum menerima hidangan sederhana dalam program Nasi Gratis—sebuah bahagia yang lahir dari berbagi.

Menjadi Amil, Menjadi Jalan Hidup

nasi

Kini, saya memandang peran amil sebagai jalan hidup. Jalan yang mungkin tidak selalu mudah, tetapi penuh makna. Jalan yang mempertemukan saya dengan banyak wajah, banyak kisah, dan banyak doa. Setiap langkah terasa ringan karena saya tahu, ada ridha Allah yang menjadi tujuan.

Bersama Assyifa Peduli, saya belajar merayakan dampak dengan cara yang paling indah: melihat kebahagiaan orang lain. Karena sejatinya, ketika kita memberi, kita sedang menerima—menerima doa, menerima keberkahan, dan menerima ketenangan hati yang tidak bisa dibeli dengan apapun.

Inilah bahagianya merayakan dampak. Bukan sekadar dari apa yang saya lakukan untuk lembaga, tetapi juga bagaimana kebaikan itu menyebar, menular, dan menginspirasi masyarakat sekitar. Dan di situlah saya yakin, menjadi amil adalah salah satu karunia terbesar dalam hidup saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *