
Ayah, Dalam Diamnya Mengajarkan Arti Sedekah
Dalam setiap langkah seorang anak, pasti memiliki sosok yang ia teladani untuk meraih segala Impiannya. Sosok yang paling diteladani adalah orang tua mereka. Ketika ibu, secara gamblang memberikan nasehat-nasehatnya untuk kebaikan kita sebagai anak, tidak jarang seorang ayah banyak bercerita mengenai pengalaman hidupnya. Namun, melalui diamnya seorang ayah banyak sekali teladan yang dapat kita lakukan.
Hari ayah bukan sekadar perayaan. Momen ini adalah ruang kecil untuk merenung betapa banyak kebaikan yang dilakukan seorang ayah melalui perannya. Seorang ayah mungkin tidak selalu hadir dalam bentuk pelukan atau perhatian verbal, namun ia menunjukkan cinta dengan kerja keras, pengorbanan, dan kesabaran yang nyaris tidak pernah diminta dipuji.
Diantara banyak nilai kehidupan yang ia contohkan, salah satu yang paling kuat adalah sedekah. Dalam rangka memperingati Hari Ayah pada 12 November, mari simak sebuah kisah inspiratif dari seorang ayah berikut ini.
Ayahku mungkin bukan seseorang yang pandai berkata-kata. Terkesan cuek, namun ternyata menyimpan perhatian lebih dan selalu ada teladan baik dari apa yang ia lakukan.
Sejak kecil, setiap kami melakukan perjalanan ke manapun, aku perhatikan ayahku tidak pernah melewatkan orang-orang yang mengetuk jendela mobil untuk meminta sumbangan atau apapun itu bentuknya.
Ayahku selalu membuka jendela di sebelah kanan tangannya, dan mengulurkan tangan tersebut lalu memberikan sejumlah uang kepada orang-orang itu. Jika tidak ada sejumlah uang, apapun ayahku tanyakan kepada ibu, “ada makanan?” lalu ia berikan.
Pun ketika ada seorang anak yang berjualan tissue, cobek, atau penjual asongan, ayahku selalu menyempatkan membeli walau entah di rumah akan terpakai atau tidak.
Setelah aku tumbuh dewasa, aku baru berani bertanya, “kenapa sih Yah dikasih? Nanti uangnya dikasihin ke preman itu,” kataku.
Tanpa berpikir panjang, ayahku menjawab, “Ya biarin aja uangnya mau dikemanain itu tanggung jawab mereka. Yang penting niat kita sedekah. Berdoa saja semoga sedekah kita menjadi jalan pahala dari Allah. Kita tidak tahu ibadah mana yang akan diterima, selagi itu baik, lakukan,” jawabnya.
Mendengar jawaban itu, waktu bagai mundur. Aku teringat ayahku selalu membawakan sesuatu jika pulang bepergian untuk nenek dan kakekku. Ketika ada sesuatu berlebih di rumah, ayahku selalu meminta izin kepada ibuku untuk membagikannya kepada saudara yang membutuhkan. Jika memiliki rezeki berlebih, tetangga terdekat tidak boleh terlewat.
Kini, kebiasaan baik itu aku terapkan di kehidupan sehari-hariku. Tidak ada niat riya atau merasa berlebih harta, tapi hanya ingin pahala dari Allah SWT melalui jalan mana saja.
Sahabat, kisah ini diambil dari pengalaman nyata salah satu amil Assyifa Peduli. Selalu ada hikmah di balik diamnya seorang ayah. Jika ia bukan seseorang yang menasehati langsung, maka sudah pasti ia memiliki teladan yang baik untuk kita ikuti.
Pelajaran hidup yang telah ayah kita berikan selama ini, tidaklah ia berharap balasan dari anaknya. Namun, sebagai seorang anak sangat pantas jika kita ingin memberikan yang terbaik untuk orang tua kita. Kita bisa niatkan sedekah atas nama ayah kita tercinta.
Di Hari Ayah ini, mari persembahkan yang terbaik, balas perjuangannya dengan sedekah atas nama mereka melalui aksipeduli.id