• 0853-2059-5056
  • office@assyifapeduli.org
  • Subang, Jawa Barat, Indonesia
Edukasi ZIS
Abu Thalhah: Sahabat Nabi Bergelimang Harta yang Gemar Bersedekah

Abu Thalhah: Sahabat Nabi Bergelimang Harta yang Gemar Bersedekah

Abu Thalhah memiliki nama asli Zaid bin Sahl bin al-Aswad bin Haram bin Amr bin Malik bin an-Najjar al-Anshari al-Khawariji. Beliau merupakan sahabat dan pengawal Rasulullah SAW. Abu Thalhah lahir pada tahun 585 M dan wafat pada tahun 654 M.

Selama hidupnya, Abu Thalhah dikenang sebagai sahabat nabi yang bergelimang harta dan sangat dermawan. Selain itu, ia juga merupakan salah satu sahabat nabi yang sangat rajin berpuasa.

Terdapat sebuah kisah inspiratif yang patut kita teladani dari seorang Abu Thalhah, yaitu saat ia menyedekahkan kebun kurma yang begitu ia sayangi. Mari simak kisahnya!

Sedekah Kebuh Kurma Bairuha yang Sangat Disayangi

Pada saat itu Abu Thalhah tinggal di Madina dan dikenal sebagai orang yang sangat kaya. Beliau memiliki banyak kebun kurma, harta yang lainnya pun sangat banyak. Abu Thalhah memiliki kebun kurma yang begitu ia sayangi bernama Bairuha yang letaknya dekat dengan Masjid Nabawi.

Namun, di balik kebun kurma Bairuha kesayangannya ini terdapat sebuah kisah yang dapat kita petik hikmahnya. Sebuah kisah inspiratif, ketika Abu Thalhah memilih untuk menyedekahkan harta yang paling dicintainya di jalan Allah.

Anas bin Malik RA pernah berkata, “Abu Thalhah RA adalah orang Anshar yang memiliki banyak harta di Kota Madinah berupa kebun kurma. Ada kebun kurma yang paling ia cintai yang bernama Bairuha. Kebun tersebut berada di depan masjid. Rasulullah SAW pernah memasukinya dan minum dari air yang begitu enak di dalamnya.”

Anas lalu berkata, “Ketika turun ayat, ‘Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai (QS. Ali Imran: 92).’”

Lalu Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah SAW, ia menyatakan, “Wahai, Rasulullah, Allah SWT berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai (Q.S. Ali Imran: 92). Sungguh harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha. Sungguh aku wakafkan kebun tersebut karena mengharap pahala dari Allah dan mengharap simpanan di akhirat. Aturlah tanah ini sebagaimana Allah SWT. telah memberi petunjuk kepadamu.’

Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Bakh! Itulah harta yang benar-benar beruntung. Itulah harta yang benar-benar beruntung. Aku memang telah mendengar perkataanmu ini. Aku berpendapat, hendaknya engkau sedekahkan tanahmu ini untuk kerabat. Lalu Abu Thalhah membaginya untuk kerabatnya dan anak pamannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kata ‘Bakh’  bermakna untuk menyatakan besarnya suatu perkara.

Sedekah Tidak Membuat Kita Miskin

Sahabat, sebenarnya apa yang membuat Abu Thalhah rela menyedekahkan harta kesayangannya kepada Rasulullah SAW?

Selain ketakwaan dan keimanannya kepada Allah SWT, Abu Thalhah tidak takut miskin ketika ia menyedekahkan hartanya di jalan Allah. Beliau sangat yakin bahwa Allah SWT akan mendapat balasan yang jauh lebih besar dan jauh lebih baik untuk bekalnya di akhirat kelak.

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)’. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Q.S. Saba: 39).

Maka, jika masih kita temui orang yang enggan bersedekah karena begitu menyayangi hartanya, niscaya ia cenderung pada duniawi yang dan akan sulit untuk merelakan hartanya. Semog akita dijauhkan dari sifat seperti ini.

Oleh karena itu, kisah Abu Thalhah ini mari kita jadikan teladan untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya dengan bersedekah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *