Keutamaan Puasa di Bulan Dzulhijjah, Salah Satunya Puasa Arafah yang Membebaskan Kita dari Api Neraka
Dzulhijjah merupakan salah satu bulan dalam hijriah yang memiliki keistimewaan. Banyak keistimewaan yang diungkapkan dalam hadits dan kaum muslimin dapat mengambil manfaatnya untuk melipatgandakan seluruh aktifitas ibadahnya. Sebab, pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT sangat luar biasa.
Dari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah,” (HR. Bukhari 1912 dan Muslim 1089)
Sahabat, ada banyak amalan yang bisa dilakukan menjelang Hari Raya Idul Adha ini. Mulai dari memperbanyak membaca Alquran, dzikir, sedekah, puasa, dan sejumlah amalan sunah lainnya.
Sebagai salah satu bulan yang dimuliakan (asyhur al-hurum), bulan Dzulhijjah memiliki beberapa keutamaan dibanding bulan lainnya. Oleh karena itu, berpuasa pada sembilan hari pertama bulan tersebut juga memiliki keutamaan tersendiri. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Dilipatgandakan pahala
Pahala ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah mendapatkan pelipatan pahala dibanding ibadah di bulan lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Trmidzi). Maksud dari sebanding dengan satu tahun puasa pada hadits di atas adalah satu tahun puasa sunnah, bukan puasa Ramadhan (Mula al-Qari’, Mirqâh al-Mafâtîh, juz 3, h. 520).
Penghapusan dosa Berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah) dapat menghapus dosa selama dua tahun. Rasulullah ﷺ bersabda: صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” (HR Muslim). Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus sebab puasa Arafah adalah dosa kecil (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).
Hari pembebasan dari siksa neraka Termasuk keutamaan hari Arafah adalah Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada hari ini dibanding hari-hari lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda: مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ؟ Artinya: “Tidak ada hari dimana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim).
Waktu Puasa Sunnah Dzulhijjah Waktu pelaksanaan puasa sunnah Dzulhijjah adalah pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah. Khusus tanggal delapan dinamakan puasa Tarwiyah dan tanggal sembilan dinamakan puasa Arafah. Untuk durasinya, sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana puasa-puasa lain. Bagi orang yang memiliki utang puasa Ramadhan, diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan puasa sunnah Dzulhijjah. Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syatha (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka mendapat pahala keduanya. Misalnya bertepatan hari Arafah seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan dengan niat qadhanya saja, secara otomatis juga memperoleh kesunnahan puasa Arafah (Sayid Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, h. 224).
Hari pertama Dzulhijjah adalah hari pertama dimaafkannya Nabi Adam AS oleh Allah swt, setelah beberapa lama beliau meminta pengampuanan atas kesalahannya memakan buah huldi di surga. Oleh karena itu Rasulullah saw pernah bersabda: “Barang siapa yang berpuasa di hari pertama bulan Dzulhijjah maka Allah akan memaafkan dosa-dosanya sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Adam.”
Hari kedua Dzulhijjah adalah hari diselamatkannya Nabi Yunus AS oleh ikan Nun setelah beberapa hari berada di dalam perutnya sembari terus bertasbih dan beribadah kepada Allah SWT. Pada hari inilah Nabi Yunus dipersilakan keluar dari perut ikan Nun.
Oleh karena itulah Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barang siapa beribadah di hari kedua bulan Dzulhijjah baginya pahala yang menyerupai ibadah satu tahun tanpa ada maksiat.”
Hari ketiga Dzulhijjah adalah hari dikabulkannya doa Nabi Zakariya AS, sehingga dikaruniai seorang anak.
Hari keempat Dzulhijah adalah hari kelahiran Nabi Isa AS, maka orang yang berpuasa di hari ini akan dihilangkan kesusahannya dan dikumpulkan bersama orang-orang mulia di hari kiamat.
Hari kelima Dzulhijah merupakan hari kelahiran Nabi Musa AS dan dimuliakan munajatnya, sehingga orang yang berpuasa hari ini diyakini akan terlepas dari sifat munafik dan siksa kubur.
Hari keenam Dzulhijjah adalah hari kemenangan para Nabi dalam menyebarkan ajaran tauhid.
Hari ketujuh Dzulhijjah adalah hari ditutupnya pintu neraka Jahanam. Oleh karena itu Rasulullah saw pernah bersabda, “Barang siapa berpuasa di hari ke tujuh bulan Dzulhijjah akan ditutup tiga puluh kesulitan dalam hidupnya dan dibuka tiga puluh pitu kemudahan baginya.”
Berpuasa pada hari kedelapan yang merupakan hari tarwiyah akan mendatangkan pahala yang sangat besar. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barang siapa yang tidak melakukan ibadah haji, maka ia di sunahkan baginya untuk berpuasa pada hari tarwiyah yaitu hari ke-8 bulan Dzulhijjah dimana ia akan memperoleh kebaikan dari Allah berupa pengampunan dosa 1 tahun yang telah lalu.” (HR. Bukhori)
Sedangkan hari kesembilan disebut hari tasu’a. Orang-orang yang berpuasa di hari itu diyakini akan diampuni dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Sedangkan tanggal 10 Zulhijah merupakan perayaan Idul Adha, sehingga umat Islam dilarang berpuasa.
Yuk maksimalkan bulan dzulhijjah dengan berqurban di https://bit.ly/BerqurbanMenebarKebahagiaan1444H